NAMA
: EKA SRI WAHYUNINGSIH
KELAS
: 4EB21
NPM
: 22211364
A.
Sejarah Singkat Republik Hongaria
Republik
Hongaria (bahasa Hongaria: Magyarország) adalah sebuah negara terkurung daratan
di Eropa tengah. Negara ini terletak pada Basin Carpathia dan berbatasan dengan
Austria di sebelah barat, Slowakia di sebelah utara, Ukraina di sebelah timur,
Rumania di sebelah tenggara, Kroasia dan Serbia di sebelah selatan, Slovenia di
sebelah barat daya, dan Austria di barat. Dalam bahasa setempat, negara ini
dikenal sebagai Magyarország yang berarti daerah Magyar. Hongaria membentuk
kumpulan Visegrád bersama Polandia, Slowakia dan Republik Ceko. Kota terbesar
dan ibukotanya adalah Budapest. Hongaria juga termasuk anggota NATO, Uni Eropa,
Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi, dan Perjanjian Schengen. Bahasa
resminya adalah bahasa Hongaria, yang merupakan bahasa non-Indo-Eropa yang
paling banyak dituturkan di Eropa.
Setelah
masa pendudukan bangsa Celtic, Roman, Hun, Slavia, Gepid, dan Avar, kerajaan
Hongaria terbentuk pada akhir abad ke-9 oleh pangeran agung Hongaria bernama
Arpad. Cucunya, Santo Stephen I naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1000 M,
mengubahnya menjadi kerajaan Kristen. Kerajaan Hongaria bertahan hingga 946
tahun dan pada beberapa waktu menjadi pusat kebudayaan dunia Barat. Setelah
Perang Mohacs dan pendudukan oleh Kekhalifahan Ottoman (1541-1699), Hongaria
menjadi bagian dari Kekaisaran Habsburg, yang kemudian membentuk bagian dari Kekaisaran
Austro-Hongaria.
Batas
negara yang sekarang dipakai didasarkan pada Perjanjian Trianon (1920) setelah
Perang Dunia I. Negara ini kehilangan lebih dari 71% wilayah, 58% penduduk, dan
32% etnis Hongaria. Di pihak Poros (Axis Power), Hongaria juga mengalami
kerugian hebat pada Perang Dunia II. Selama empat dekade lebih masa
pemerintahan komunis (1947-1989), negara ini mendapat sorotan dari dunia luas
atas Revolusi 1956 dan pembukaan batas wilayahnya dengan Austria pada 1989,
yang sebelumnya ditutup dengan Tirai Besi, yang mempercepat runtuhnya Blok
Timur.
Pada
23 Oktober 1989, Hongaria kembali menjadi republik parlementer yang demokratis,
dan kini termasuk dalam negara-negara berkembang. Hongaris juga terkenal
sebagai tempat kunjungan wisata yang populer dengan menarik 10,2 juta
pengunjung dalam satu tahun (2011). Negara ini menjadi tumah bagi gua air panas
terbesar dan danau air panas terbesar kedua di dunia (Danau Héviz), danau
terbesar di Eropa Tengah (Danau Balaton), dan padang rumput alami terbesar di
Eropa (Hortobagy).
B.
Perekonomian Hongaria dalam Tingkat
Inflasi
Hiperinflasi, dalam ilmu ekonomi adalah
inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika harga-harga naik begitu cepat dan
nilai uang menurun drastis. Secara formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat
inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan. Inflasi biasanya dilaporkan setahun
sekali, namun dalam kondisi hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam
interval yang lebih singkat, biasanya satu bulan sekali. Hiperinflasi biasanya
muncul ketika adanya peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau
perubahan sistem mata uang secara drastis. Hiperinflasi biasanya dikaitkan
dengan perang, despresi ekonomi, dan memanasnya kondisi politik atau sosial
suatu negara.
Hungaria
mencatatkan diri sebagai negara yang mengalami hiperinflasi terparah sepanjang
sejarah yang terjadi pada Agustus 1945 - Juli 1946. Inflasi ini merupakan
inflasi terbesar pertama di Hungaria. Tingkat inflasi harian di negara ini
mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam.
Puncak inflasi di Hungaria terjadi pada bulan Juli 1946 dengan tingkat
inflasi 41,9 persen triliun.
Ekonomi
Hungaria hancur oleh Perang Dunia II.Karena status sebagai warzone,
diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik.Sebelumnya,
negara ini telah berutang besar untuk memproduksi bahan bakar untuk mendukung
upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan
barang.
Ketika
Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia
diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25% - 50 %
dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini.
Mata
uang pengő diperkenalkan di Hungaria setelah Perang Dunia I. Namun karena
kondisi negara yang masih belum stabil, dan dimulainya Perang Dunia II, mata
uang pengő kehilangan nilainya. Pada tahun 1944, denominasi tertinggi di
Hungaria adalah 1.000 pengo. Sedangkan pada akhir tahun 1945, denominasinya
adalah 10.000.000 Pengo. Denominasi tertinggi terjadi pada pertengahan tahun
1946 yaitu sebesar 100.000.000.000.000.000.000 Pengo.
Banyak
hal yang telah dilakukan pemerintah Hungaria pada saat itu, seperti penarikan
pajak, tapi "nilai" pengő terus anjlok hingga puncaknya pada tanggal
31 Juli 1946. Pada tanggal 31 Juli 1946, mata uang pengő dari Hungaria memiliki
nilai tukar 460.000.000.000.000.000.000.000.000.000 pengő dengan 1 US Dollar
pada waktu itu.
Pada
akhirnya, Hungaria pada 1 Agustus 1946 mengeluarkan mata uang Forint,
dengan nilai tukar 1 Forint sama dengan 400.000.000.000.000.000.000.000.000.000
dan 1 USD sama dengan 11,74 Forint.
Ketika
Pengo digantikan pada Agustus 1946 oleh Forint, nilai total semua uang kertas
yang beredar Hungaria sebesar 1/1000 dari satu dolar AS. Ini adalah kejadian
paling parah yang dikenal. Inflasi tercatat memuncak pada 1,3 × 10 16 persen
per bulan (harga dua kali lipat setiap 15 jam). Dampak keseluruhan dari
hiperinflasi pada 18 Agustus 1946, 4 × 10 29 (empat ratus quadriliard
pada skala panjang yang digunakan di Hongaria, empat ratus Octilion pada skala
pendek) Pengo menjadi 1 Forint.
Kondisi
perekonomian di Hungaria dapat dikatakan membaik, terukti dari tingkat inflasi
yang menurun. Dalam rentang waktu tahun 1992 sampai dengan 2013, tingkat
inflasi harian di Hungaria yang terendah adalah 1,3 persen. Sedangkan tingkat
inflasi tertinggi dalam rentang waktu tersebut adalah 3,1 persen.
Berikut
ini adalah pergerakan laju inflasi di Hungaria pada tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013: